Kamis, 26 Maret 2015

Kumpulan Puisi-Puisi Tema NASIB BURUH dan KAUM TERTINDAS


Pondasinya suatu perusahan tak lain dan tak bukan adalah karyawan,atau yang sering di sebut buruh karena menyandang setatus karyawan kayaknya tak pantas jika di bandingkan dengan nasibnya.Sebab karyawan mungkin lebih pantas untuk orang kantoran,sedangkan buruh untuk pekerja kasar.



Menjadi buruh bukanlah profesi yang di impikan tapi sebagai keadaan yang mesti di terima dengan iklas.Menjalani sebagai buruh bukanlah perkara mudah,selalu bersimbah peluh,berkeringat berjuang demi mengidupi keluarga.Terkadang buruh di anggap taak ada padahal menjadi yang utama.

Menurut undang-undang ketenagakerjaan antar buruh dan pengusa sebagai mitra tetapi kenyataanya buruh tak ada bedanya dengan perbudakan di era modern.


Sebagai buruh tidak ada yang dpa di lakukan kecuali menerima keadaan,umpama mau protes surat peringtan pasti telah menanti,PHK juga telah di siapkan padahal kluarga di rumah masih butuh makan.

Berikut ini beberapa contoh puisi suara buruh dan nasib buruh.Tapi alangkah baiknya kunjungi blog HUMOR dan CERITA LUCU terlebih dahulu.



NASIB BURUH


buruh

hanya sebatas pesuruh
tak boleh mengeluh
walau hari-hari bersimbah peluh

berangkat pagi pulang petang

masalah ada menantang
halang rintang menghdang
demi bisa bayar hutang

beban berat di pundak

dengan upah tak layak
harus tetep bisa berdiri tegak
di bawah selalu di injak-injak

hidup pun kian sulit

biaya semakin menghimpit
hidup pun kian terjepit
di antara raksasa-raksasa pelit




BURUH PABRIK


keringat-keringat bercucuran
peluh-peluh deleweran
badan kecapekan
memikul beben kerjan

tiap hari dikejar target
supaya produksi meningkat
untuk kirim tak telat
gajian agar tak lambat

kadang hati menangis
tapi segera di tepis
ingat kluarga menanti 
yang mesti di hidupi

upah tak sepadan
dengan berat kerjaan
tapi inilah kenyataan
tak kan berubah dengan keluhan



KAUM TERTINDAS


suara-suara serak

kaum bawah terinjak
lirih terdengar berteriak
terkapar diantara puing berserak

kaum bawah

hidupnya di anggap sampah
mengotori indahnya wajah
yang katanya wajah-wajah megah

di manapun selalu di usir

di sisihkan kepinggir
di manapun selalu di tendang
di anggap kaum terbuang

kaum tertindas

hanya di jadikan alas
tak mampu melawan roda menggilas
para pemain berwatak culas

tak ada canda atau tawa

hari-hari hanya ratap dan mengiba
berlinang air mata itu biasa
berpadu dalam luka dan derita

wahai penguasa negeri

dengarlah suara serak ini
jangan sibuk dengan diri sendiri
kamu di pilih untuk mengurus kami



HARAPAN DAN KENYATAAN

akhir bulan jadi harapan
untuk menerima bayaran
namun mesti lihat kenyataan
gajihan banyak potongan

bayar hutang jadi kuwajiban
cicilan masuk antrian
rentenir minta di dahulukan
sisanya bayar kontrakan

keluarga tak dapat bagian
tiap hari uring-uringan
jangankan beli perhiasan
makanpun masih kekurangan

tanggal muda nyari utangan
ditambah kerja serabutan
tak peduli dapat celaan
penting hidup terus berjalan

jangan pernah tanya tentang masa depan
jangan tanya berapa uang tabungan
hidup layak pun hanya jadi impian
cukup bagi kami tiap hari bisa makan


Itulah beberapa bait puisi tentang kereshan hati kaum buruh,kaum urban yang berjuang mati-matian di balik kokohnya tembok-tembok pabrik,akrab dengan asap pabrik dan bisingnya mesin-mesin pabrik demi keluarga tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar