Menjadi buruh bukanlah profesi yang di impikan tapi sebagai keadaan yang mesti di terima dengan iklas.Menjalani sebagai buruh bukanlah perkara mudah,selalu bersimbah peluh,berkeringat berjuang demi mengidupi keluarga.Terkadang buruh di anggap taak ada padahal menjadi yang utama.
Menurut undang-undang ketenagakerjaan antar buruh dan pengusa sebagai mitra tetapi kenyataanya buruh tak ada bedanya dengan perbudakan di era modern.
baca juga:Puisi aku dan harap mu
Sebagai buruh tidak ada yang dpa di lakukan kecuali menerima keadaan,umpama mau protes surat peringtan pasti telah menanti,PHK juga telah di siapkan padahal kluarga di rumah masih butuh makan.
Berikut ini beberapa contoh puisi suara buruh dan nasib buruh.Tapi alangkah baiknya kunjungi blog HUMOR dan CERITA LUCU terlebih dahulu.
NASIB BURUH
buruh
hanya sebatas pesuruh
tak boleh mengeluh
walau hari-hari bersimbah peluh
berangkat pagi pulang petang
masalah ada menantang
halang rintang menghdang
demi bisa bayar hutang
beban berat di pundak
dengan upah tak layak
harus tetep bisa berdiri tegak
di bawah selalu di injak-injak
hidup pun kian sulit
biaya semakin menghimpit
hidup pun kian terjepit
di antara raksasa-raksasa pelit
BURUH PABRIK
keringat-keringat bercucuran
peluh-peluh deleweran
badan kecapekan
memikul beben kerjan
tiap hari dikejar target
supaya produksi meningkat
untuk kirim tak telat
gajian agar tak lambat
kadang hati menangis
tapi segera di tepis
ingat kluarga menanti
yang mesti di hidupi
upah tak sepadan
dengan berat kerjaan
tapi inilah kenyataan
tak kan berubah dengan keluhan
KAUM TERTINDAS
suara-suara serak
kaum bawah terinjak
lirih terdengar berteriak
terkapar diantara puing berserak
kaum bawah
hidupnya di anggap sampah
mengotori indahnya wajah
yang katanya wajah-wajah megah
di manapun selalu di usir
di sisihkan kepinggir
di manapun selalu di tendang
di anggap kaum terbuang
kaum tertindas
hanya di jadikan alas
tak mampu melawan roda menggilas
para pemain berwatak culas
tak ada canda atau tawa
hari-hari hanya ratap dan mengiba
berlinang air mata itu biasa
berpadu dalam luka dan derita
wahai penguasa negeri
dengarlah suara serak ini
jangan sibuk dengan diri sendiri
kamu di pilih untuk mengurus kami
HARAPAN DAN KENYATAAN
akhir bulan jadi harapan
untuk menerima bayaran
namun mesti lihat kenyataan
gajihan banyak potongan
bayar hutang jadi kuwajiban
cicilan masuk antrian
rentenir minta di dahulukan
sisanya bayar kontrakan
keluarga tak dapat bagian
tiap hari uring-uringan
jangankan beli perhiasan
makanpun masih kekurangan
tanggal muda nyari utangan
ditambah kerja serabutan
tak peduli dapat celaan
penting hidup terus berjalan
jangan pernah tanya tentang masa depan
jangan tanya berapa uang tabungan
hidup layak pun hanya jadi impian
cukup bagi kami tiap hari bisa makan
Itulah beberapa bait puisi tentang kereshan hati kaum buruh,kaum urban yang berjuang mati-matian di balik kokohnya tembok-tembok pabrik,akrab dengan asap pabrik dan bisingnya mesin-mesin pabrik demi keluarga tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar